Pages

Tuesday, December 4, 2018

Perlu Adanya Relawan Milenial Dalam Menebar Konten-konten Perdamaian di Dunia Maya kata Adnan Anwar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Dr, Adnan Anwar, MA menilai perlu adanya relawan milenial dalam menebar konten-konten perdamaian di dunia maya.

Hal ini dilatar belakangi kondisi bangsa yang semakin tidak sehat di dunia maya dengan adanya ujaran-ujaran kebencian dan berita hoax yang makin marak.

“Melihat kondisi dunia maya di negara kita yang tidak sehat pada akhir-akhir ini tentunya keberadaan relawan penebar konten perdamaian di dunia maya sangat penting sekali. Hal ini karena ada desain dari kelompok-kelompok yang memang secara sistematis menyebarkan berita kebohongan atau kebencian, kalua hal ini dibiarkan tentunya akan dapat merusak dan memecah belah persatuan antar masyarakat bangsa ini,” ungkap Dr. Adnan Anwar, Selasa (4/12/2018).  

Adnan mengatakan, kelompok-kelompok tersebut selama ini sangat serius dan masif dalam menggunakan internet melalui media sosial ini, Untuk itu harus ditandingi secara serius juga yang tentunya dengan berbagai cara seperti melalui regulasi dari pemerintah termasuk semacam relawan perdamaian di dunia maya yang menurutnya sangat bagus untuk digalakkan dan digerakkan secara sistematis

“Kenapa harus dilakukan secara sistematis? Karena apa yang dilakukan kelompok-kelompok tersebut merupakan propaganda. Jadi harus dilawan dengan strategi kontra propaganda yang tempat, sehingga awareness (kesadaran) masyarakat akan bahayanya berita propaganda yang digunakan sebagai rujukan itu pada suatu masa tertentu akan menimbulkan dampak yang sangat membahayakan yaitu konflik horizontal, dimana konflik horizontal antar sesama masyarakat inilah yang paling ditakutkan,” papar mantan Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU) ini.

Untuk itulah menurutnya dalam melaksanakan penangkalan secara sistematis ini juga harus dirumuskan juga  strateginya secara benar, lalu segmentasi berdasarkan umur, dan juga berdasarkan demografi. Umur itu diklasifikasikan apakah termasuk generasi  milenial atau generasi tua. Kemudian demografi itu apakah desa, sub urban, urban sampai ke Metropolitan yang berbeda-beda,  termasuk status pekerjaan.

“Kadang-kadang satu isu disebar oleh segmen semua kelompok tapi hasilnya sama, yakni menimbulkan kegaduhan. Jadi ini harus ada upaya perlawanan yang sistemnya sistematik. Dan srategis nya ketika berita atau kampanye yang kita lakukan itu benar-benar bisa meruntuhkan upaya propaganda mereka yang akan memecah belah itu dengan berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, untuk menarik orang atau masyarakat supaya mau menjadi relawan perdamaian di dunia maya sebenarnya bias melalui banyak cara. Contohnya bisa menggunakan struktural di level pemerintah, yang artinya pemerintah bias mewajibkan PNS atau ASNnya dimana sehari-hari untuk  memproduksi atau memviralkan berita berita yang positif terhadap pemerintahan, kepemimpinan, kebijakan yang telah ditetapkan di instansinya.

Sebenarnya jika diteliti lebih lanjut menurutnya, antara kelompok yang setuju menggunakan berita hoax dan ikut mereproduksi dibandingkan dengan kelompok yang tidak setuju tentunya jumlahnya sangat besar kelompok yang tidak setuju. Masalahnya, kelompok yang tidak setuju ini selama ini lebih banyak bersikap diam atau silent majority.

“Ada istilah di masyarakat kita ini mengatakan Yang Waras Lebih Baik Ngalah. Padahal jadi orang baik atau waras itu tidak boleh diam. Yang waras ini ya harus ikut terlibat menangkal secara aktif, menjadi relawan secara sadar. Sehingga  penggunaan media sosial akan dipenuhi oleh orang-orang yang baik, sehingga substansi atau kontennya arahnya juga akan baik. Karena kalau tidak  ya akan seperti ini terus,” ujar pria yang juga Instruktur Pendidikan Kader Penggerak NU ini.

Let's block ads! (Why?)

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/12/05/perlu-adanya-relawan-milenial-dalam-menebar-konten-konten-perdamaian-di-dunia-maya-kata-adnan-anwar

No comments:

Post a Comment